Senin, 11 Juli 2011

Apakah attachment itu?


Seiring perkembangan, emosi dan kompetensi emosional anak akan terus berkembang pula. Perkembangan emosi menentukan bagaimana seorang individu menjalani kehidupannya. Perkembangan emosi juga merupakan faktor esensial dalam membangun relasi dengan individu lainnya. Bahkan, emosi itu sendiri merupakan inti dari hubungan seorang individu dengan individu lain. Bentuk paling awal dari hubungan antar-individu yang melibatkan emosi terjadi pada masa awal perkembangan, yang dikenal dengan istilah attachment (kelekatan).

Apakah attachment itu?

Attachment merupakan ikatan psikologis yang terjadi antara anak dengan ibu atau pengasuh utamanya. Ikatan ini mulai terbentuk ketika bayi. Seorang bayi menggunakan tangisan atau senyuman untuk berkomunikasi dengan pengasuh utamanya; bentuk ekspresi emosi seperti tangisan atau senyuman yang digunakan untuk membangun kontak dengan pengasuhnya ini disebut perilaku kelekatan (attachment behavior). Attachment yang terjadi diantara anak dengan pengasuh utamanya ini berfungsi sebagai pondasi dasar bagi perkembangan hubungan yang lebih matang nantinya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika attachment pada awal perkembangan terjadi dengan aman dan nyaman, seorang individu akan mampu menjalin hubungan (relasi), baik secara sosial maupun emosional, yang baik dengan individu lain di sekitarnya.

Definisi Attachment
Attachment didefinisikan sebagai ikatan emosional yang erat di antara dua orang (Santrock 2007). Tiga teoritisi besar dalam dunia psikologi mencoba menjelaskan proses pembentukan attachment yang terjadi pada seorang individu.

1.Freud
Freud menyatakan bahwa pada awal-awal kehidupan, sosok utama yang menjadi tempat seorang bayi melekatkan dirinya adalah mereka yang mampu memenuhi kepuasan oral bayi tersebut. Sosok ini umumnya adalah ibu karena ibu adalah orang yang menyusui. Akan tetapi, pandangan bahwa pemuasan kebutuhan oral melalui menyusui sangat penting, kemudian dibantah oleh Harlow melalui penelitiannya dengan bayi kera. Pada penelitiannya, Harlow menunjukkan bahwa bayi kera yang diberikan dua jenis ibu pengganti yang terbuat dari kawat dan dari kain akan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibu yang terbuat dari kain meskipun kedua ibu pengganti ini memberikan kontribusi menyusui yang sama banyaknya. Penelitian ini kemudian mempostulatkan bahwa, untuk menjadi sosok lekat bagi seorang anak, menyusui bukan serta-merta menjadi sarat utama. Elemen terpenting yang harus dipenuhi adalah adanya kontak yang membuat nyaman bagi bayi.

2.Erikson
Erikson menjelaskan pembentukan attachment pada bayi. Erikson memiliki pandangan yang senada dengan Harlow, bahwa kenyamanan secara fisik dan pengasuhan yang sensitif merupakan kunci utama pembentukan basic trust pada bayi. Basic trust ini kemudian menjadi dasar bagi pembentukan attachment dan harapan bahwa dunia adalah tempat yang baik sekaligus menyenangkan.

3.Bowlby
Pandangan lain berasal dari seorang psikiater Inggris, John Bowlby. Bowlby juga menekankan pentingnya pembentukan attachment pada bayi, selain responsivitas pengasuh. Bowlby juga meyakini bahwa pembentukan attachment antara bayi dan pengasuh utamanya (ibu) telah terdisposisi secara biologis. Maksudnya, secara alamiah, bayi telah dilengkapi dengan “piranti” untuk mengembangkan perilaku attachment.

Attachment dan Perbedaan Individual
Mary Ainsworth membuktikan bahwa bayi yang satu dengan yang lainnya dapat memiliki pengalaman attachment yang berbeda-beda. Sebagian bayi dapat memiliki pengalaman attachment yang lebih positif dibandingkan bayi lainnya. Pada penelitiannya, Ainsworth menciptakan strange situation metode, yaitu suatu kondisi observasi dengan mengkondisikan bayi menghadapi perkenalan, perpisahan, dan pertemuan kembali dengan pengasuh dan orang asing dalam urutan tertentu.
Berdasarkan respon bayi ketika menghadapi situasi ini, bayi dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang memiliki attachment yang secure (aman) dan insecure (tidak aman). Klasifikasi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1.Securely attached babies (bayi yang memiliki attachment yang aman). Perilaku yang ditunjukkan bayi pada kelompok ini adalah: ketika pengasuh hadir di ruangan, bayi akan mengeksplorasi ruang dengan leluasa; ketika pengasuh meninggalkan ruangan, bayi akan menunjukkan sikap “protes”; ketika pengasuh kembali ke ruangan, bayi akan kembali menunjukkan interaksi positif dengan pengasuh kemudian kembali menjelajahi ruang bermainnya.
2.Insecure avoidant babies. Kelompok ini dicirikan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan rasa tidak aman dengan cara menghindari ibu atau pengasuhnya. Perilaku yang ditunjukkan bayi adalah: interaksi yang minim dengan pengasuhnya, tidak merasa stres ketika pengasuh meninggalkan ruangan, tidak melakukan interaksi ketika sang pengasuh kembali ke ruangan, bahkan cenderung menghindari.
3.Insecure resistant babies. Perilaku bayi pada kelompok ini dicirikan dengan: sering kali terlihat sangat dekat dengan pengasuh tetapi kemudian menolak kedekatan dengan pengasuh, misalnya dengan meronta atau mendorong. Pada situasi observasi, bayi tetap lekat dengan pengasuh dengan penuh kecemasan dan menolak untuk mengeksplorasi ruang. Ketika pengasuh meninggalkan ruangan, bayi menangis keras. Pada saat pengasuh kembali ke ruangan, bayi akan menolak mereka.
4.Insecure disorganized babies. Kelompok ini merupakan kelompok bayi yang menunjukkan rasa tidak aman dengan menunjukkan perilaku yang tidak terorganisir dan tidak memiliki orientasi. Beberapa perilakunya adalah: bayi akan kelihatan bingung, linglung, dan takut. Ketika bersama pengasuh pun, bayi akan menunjukkan perilaku spesifik tertentu seperti ketakutan yang luar biasa.
Ainsworth berpendapat bahwa dalam secure attachment, bayi menggunakan pengasuh utamanya sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ia meyakini, bahwa keterikatan yang aman pada tahun pertama kehidupan memberi suatu landasan yang penting bagi perkembangan psikologis di kemudian hari.
Bayi yang memiliki secure attachment umumnya tidak khawatir menjelajahi lingkungannya karena ia percaya bahwa pengasuh mereka meskipun jauh akan selalu ada untuk mereka. Bayi-bayi ini kemudian akan merespon secara positif bentuk-bentuk interaksi dengan individu lainnya dan dapat bebas bermain menjelajahi ruangnya. Sebaliknya, bayi yang tidak mendapatkan secure attachment akan cenderung menghindari pengasuhnya, takut pada orang asing, dan menjadi sangat terganggu oleh hal-hal kecil seperti perpisahan sehari-hari.
Perbedaan dalam hal secure attachment ini sangat bergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang pengasuh terhadap kebutuhan atau gejala yang ditunjukkan oleh bayi. Bayi yang memiliki secure attachment umumnya memiliki pengasuh yang lebih peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi dengan baik terhadap bayi. Secure attachment yang dialami oleh bayi ini akan sangat menentukan perilaku sosial anak dikemudian hari.


Kritik terhadap attachment

1.Jerome Kagan. Kagan meyakini bahwa bayi memiliki kemampuan dasar untuk beradaptasi. Artinya, bayi secara evolusioner memiliki kapasitas untuk bertahan dalam suatu rangkaian perkembangan yang positif juga dalam menghadapi beraneka ragam pengasuhan. Kagan dan pendukungnya menekankan bahwa karakteristik genetik dan tempramen memiliki peran yang lebih penting dalam kompetensi sosial anak dibandingkan attachment.
2.Teori ini mengabaikan unsur-unsur sosial dan konteks yang selalu ada di sekitar bayi. Pada budaya-budaya tertentu, khususnya yang menganut sistem extended family, keluarga besar juga ikut menjadi pengasuh bayi. Pada akhirnya, meskipun peneliti-peneliti yakin bahwa pengasuh yang kompeten dan sabar sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan bayi, urgensi dari secure attachment yang diberikan oleh pengasuh tunggal kembali dipertanyakan (Santrock 2007; Santrock 1995)
Daftar Pustaka:

Santrock JW. 1995. Life-span Development Jilid 1 Edisi V. Herman Sinaga & Yati Sumiharti [penerjemah]. Jakarta: Erlangga.
Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi XI. Mila Rachmawati & Anna Kuswanti [penerjemah]. Jakarta: Erlangga.
Diedit dari Tugas Psikologi Perkembangan Sosial Emosi bagian Anak karya Zuhra, R (2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar